"CMS Sync"
banner 728x250

Ribuan Warga Baduy Dalam dan Luar Gelar Prosesi Seba

  • Bagikan
PENTINGNYA MENJAGA ALAM: Ribuan warga Baduy dalam dan luar menggelar prosesi adat Seba sebagai ungkapan syukur atas panen dan jaga kelestarian alam, di Kantor Pemkab Lebak, Banten, Jumat (2/5/2025) malam. [Foto: rri.co.id]
banner 468x60

LEBAK, Republikmaju.com – Sebanyak 1.769 warga Suku Baduy dalam dan Baduy luar, melaksanakan prosesi adat Seba. Mereka keluar dari wilayah pemukimannya dari Desa Kanekes, berjalan kaki menuju Pendopo Bupati Lebak, Provinsi Banten, Jumat (2/5/2025), malam.

Tradisi ini merupakan bentuk silaturahmi warga Suku Baduy, sekaligus penyerahan hasil bumi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak.

Example 300x600

Kegiatan tersebut dilakukan warga Suku Baduy sebagai ungkapan syukur atas panen yang melimpah setelah sebelumnya menjalani prosesi berdoa Kawalu dan Seren Taun (Ngalaksa).

Prosesi adat Seba berlangsung khidmat, dengan disaksikan langsung sejumlah pejabat, antara lain Deputi Pengembangan Destinasi-Infrastruktur Kemenparekraf RI, perwakilan DPR RI, Forkopimda, Radya Sumedang Larang, serta lainnya.

Bupati Lebak, Muhammad Hasbi Asyidiki Jayabaya, menyatakan tradisi Seba Baduy merupakan salah satu warisan budaya. Sehingga, harus dibanggakan dan dilestarikan.

“SebaBaduy adalah salah satu warisan budaya yang unik. Masyarakat Kabupaten Lebak harus berbangga menjadi bagian dari Seba Baduy,” ujar Hasbi Asyidiki dalam sambutannya.

Hasbi Asyidiki menambahkan, kegiatan ini mencerminkan kuatnya nilai gotong royong dan kekeluargaan. Karena itu, ia mengaku bangga, menjadi bagian dari Seba Baduy.

“Dengan hadirnya pemerintah pusat, DPR-RI, kementerian, Radya Sumedang Larang ini adalah membuktikan suatu kekeluargaan Banten dan Jawa Barat bersatu. Untuk saling membantu dan tolong menolong,” kata Hasbi Asyidiki.

Hasbi Asyidiki juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam dengan mengutip petuah adat Baduy: “Gunung teu menang dilebur, Lebak teu menang dirusak,” ujar Hasbi Asyidiki.

“Yang berarti gunung tidak boleh dirusak, alam tidak boleh dihancurkan. Demi menjaga warisan leluhur agar tetap lestari untuk generasi mendatang,” tuturnya.

Senada dengan Bupati Lebak, Jaro Saidi Putra perwakilan masyarakat Baduy menyatakan, Seba Baduy menjadi pengingat kepada seluruh pihak. Khususnya, terkait  pentingnya menjaga alam.

“Saba ini untuk mengingatkan kepada pemerintah dan semua masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan alam. Untuk keamanan dan kenyamanan masyarakat dan generasi penerus di masa depan,” ucap Jaro.

Jaro menegaskan kembali nilai-nilai adat dengan kutipan: Memberikan pesan inti untuk menjaga dan tidak merusak alam.

Gunung teu menang dilebur (gunung tidak boleh dieksploitasi berlebihan, red). Lebak teu menang dirusak (lembah atau daerah rendah tidak boleh dirusak, red), buyut teu menang dirobah (adat istiadat tidak boleh diubah, red),” ujarnya.

Setelah melaksanakan Seba di Pendopo Kabupaten Lebak bersama Bapak Gede, masyarakat Baduy melanjutkan perjalanan ke Provinsi Banten, Sabtu (3/5/2025) pagi. Mereka  melaksanakan Seba kepada jajaran Pemerintah Provinsi Banten.

Tradisi Seba Baduy tahun ini juga tercatat dalam daftar Karisma Event Nusantara (KeN) 2025 dari Kemenparekraf. Sebagai bentuk pengakuan terhadap kekayaan budaya lokal yang perlu terus dipromosikan. (ssd)

 

Sumber: rri.co.id

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *