"CMS Sync"
banner 728x250

KPK: Budaya Menyontek Masih Banyak Ditemukan di Lingkungan Pendidikan

  • Bagikan
BUDAYA MENYONTEK MASIH BANYAK: Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana, di Gedung ACLC KPK saat peluncuran SPI Pendidikan 2024, Kamis (24/4/2025). [Foto: Tangkap Layar Youtube KPK RI]
banner 468x60
JAKARTA, Republikmaju.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap budaya menyontek masih banyak ditemukan di lingkungan Pendidikan. Hal ini diungkap KPK, setelah melakukan survei soal penilaian Integritas di Bidang Pendidikan.

“Dalam kejujuran akademik, kasus menyontek masih ditemukan pada 78 persen sekolah dan 98 persen kampus. Dengan kata lain, menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus,” kata Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana, di Gedung ACLC KPK, Jakarta, Kamis (24/4/2025).

Bahkan, untuk plagiarisme, Wawan Wardiana mengatakan ditemukan pada 43 persen kampus dan 6 persen sekolah. Selain itu, terdapat siswa dan mahasiswa yang telat datang ke sekolah maupun kampus.

Example 300x600

“Dalam masalah ketidakdisiplinan akademik, 45 persen siswa dan 84 persen mahasiswa mengaku pernah terlambat datang. Namun, tidak hanya siswa dan mahasiswa, menurut 69 persen siswa, masih ada guru yang terlambat hadir,” kata Wawan.

KPK sendiri mengumumkan skors Survei Penilaian Integritas (SPI) di Bidang Pendidikan di tahun 2024. Pada tahun 2024 skornya turun menjadi 69,5 dari sebelumnya, 73,7 di tahun 2023.

“Nilainya sudah terkonfirmasi 69,05. Ya, memang dari angka ini menunjukkan angka yang harus banyak kita lakukan perbaikan,” kata Ketua KPK, Setyo Budiyanto.

Setyo mengatakan, skor ini mencerminkan indeks integritas pendidikan yang kemudian menggambarkan sebuah potret kejujuran. Soal bagaimana pendidikan yang ada di negara Republik Indonesia.

Setyo menerangkan, ada beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan perbaikan. Pertama, soal karakter individu. Kedua, ekosistem pendidikan. Dan ketiga, tata kelola yang baik benar di sekolah.

“Pastinya ada tiga hal atau tiga dimensi yang menjadi telah ukur untuk dilakukan perbaikan. Yang pertama adalah tentang karakter individu, kemudian ekosistem pendidikan itu sendiri dan ketiga tata kelola,” kata Setyo.

Setyo berharap, dengan adanya peluncuran skors Survei Penilaian Integritas (SPI) di Bidang Pendidikan ini bisa menjadi sebuah semangat untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

SPI di Bidang Pendidikan tahun 2024 ini melibatkan responden yang berasal dari lebih dari 36 ribu satuan pendidikan. Terdiri dari 35 ribu lebih satuan pendidikan dasar dan menengah serta 1.200-an satuan pendidikan tinggi.

Pelaksanaan survei ini dilakukan dengan dua metode. Yakni secara metode online melalui WhatsApp dan email blast. (ssd)

 

Sumber: rri.co.id

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *