PASURUAN, Republikmaju.com – 13 Juli 2025, Ketua Umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Pasuruan, Ainur Rofiq, memberikan tanggapan atas pemberitaan Harian Cendekia bertajuk “PC PMII Pasuruan Gelar Kaderisasi: Hedonisme di Balik Ketimpangan Sosial” yang tayang pada 12 Juli 2025.
Ia menegaskan bahwa tudingan tersebut keliru dan tidak mencerminkan semangat serta substansi dari Pelatihan Kader Lanjut (PKL) IX yang digelar di Hotel BJ Perdana Pasuruan, 7–13 Juli 2025.Menurut Ainur, narasi “hedonisme” yang dibangun dalam berita tersebut terlalu menyederhanakan dan tidak menggambarkan keseluruhan konteks kegiatan.
“PKL ini bukan soal tempat atau kemewahan. Yang kami kedepankan adalah bagaimana proses kaderisasi berjalan dengan materi yang kuat, arah gerakan yang jelas, dan output yang nyata di masyarakat. Menyebutnya sebagai hedon hanya karena lokasinya, itu sangat dangkal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ainur menjelaskan, PKL IX mengusung tema “Membangun Basis Sosial dan Advokasi Strategis sebagai Pondasi Gerakan Kader PMII” dan diikuti oleh peserta internal Pasuruan maupun eksternal Pasuruan. Para peserta tidak hanya mendapatkan materi ruang, tetapi juga dibekali tugas pasca-kegiatan berupa riset sosial, advokasi publik, serta kerja-kerja pemberdayaan di tingkat akar rumput.
“Fokus kami adalah mencetak kader yang mampu membaca masalah struktural, mendorong gerakan berbasis komunitas, dan merawat nilai-nilai sosial keumatan. Mereka ditantang turun langsung ke masyarakat, bukan berhenti di ruangan pelatihan,” tambahnya.
Terkait fasilitas kegiatan, Ainur menegaskan bahwa seluruh peserta membayar HTM (Harga Tiket Masuk) secara mandiri, yang digunakan untuk menutup kebutuhan pelatihan seperti akomodasi, konsumsi, materi, dan kelengkapan lainnya. “Kami ingin tegaskan bahwa peserta membayar HTM sebagai bentuk komitmen terhadap proses kaderisasi ini. Maka sudah sepatutnya mereka mendapatkan fasilitas yang layak, bukan berlebihan, tetapi memadai untuk mendukung proses belajar yang intensif dan kondusif,” Lanjutnya.
Tidak hanya itu, Ia juga menambahkan bahwa pelatihan yang berlangsung selama tujuh hari tersebut dilaksanakan penuh waktu, dari pagi hingga malam hari, dengan agenda padat dan materi mendalam. Oleh karena itu, penyediaan tempat yang nyaman dan mendukung menjadi bagian dari strategi penyelenggaraan yang bertanggung jawab.
“Kami terbuka terhadap masukan. Tapi substansi jangan dikaburkan hanya karena sentimen terhadap bentuk luar. Kalau kita ingin kaderisasi PMII maju, mari bicara isi, bukan bungkusnya,” tutupnya.
Di akhir wawancara, Ainur mengajak semua pihak untuk membangun kritik yang membangun dan tidak berhenti pada aspek simbolik atau asumsi yang tidak berdasar. (Rachmat)