"CMS Sync"
banner 728x250

Dikira Bercanda, Ternyata Siswa SMP di Surabaya Tewas Tersengat Listrik

  • Bagikan
PERISTIWA TERSENGAT LISTRIK: Rekaman CCTV saat Steven Sukha melompat pagar. [Foto: Tangkapan layar CCTV]
banner 468x60

SURABAYA, Republikmaju.com – Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Katolik Angelus Custos, Steven Sukha (15), diketahui tewas karena tersengat listrik pada 28 Maret 2025 lalu. Atas peristiwa tersebut, pihak sekolah kemudian membuka closed circuit television (CCTV) kepada publik untuk mengetahui detik-detik Steven tersengat listrik dan tewas.

Dari rekaman CCTV yang dilihat awak media, Steven masuk ke sekolah lewat pagar asrama SMA Frateran. Hal itu diduga karena gerbang depan SMP Katolik Angelus Custos tutup lantaran libur Hari Raya Nyepi.

Example 300x600

Setelah berhasil masuk, Steven bersama 4 temannya naik ke lantai 4 SMA Frateran atau bagian rooftop. Di rooftop ini, ada 3 gazebo di masing-masing sisinya. Steven bersama teman-temannya lantas latihan di gazebo sisi asrama SMA Frateran.

Di sekitar lokasi itu, ada pagar pembatas setinggi kurang lebih 1 meter. Di luar pagar sisi gazebo ada sederet outdoor AC (air conditioner) gedung.

“Dia masuk dari depan pasti tidak bisa. Masuk lewat belakang muter, pintu belakang. Pintunya asrama. Karena di sini ada asrama dari siswa SMA. Dari pintu asrama naiklah ke rooftop lantai 4 ini. Latihan di sini selesai. Entah kena apa, dia buka sepatu. Berusaha meloncat dari CCTV tadi kan kelihatan,” kata Ketua Tim Advokasi dari SMP Katolik Angelus Castos, Tjandra Sridjaja, Sabtu (10/5/2035).

Di tengah latihan, Steven tampak berusaha melompat pagar pembatas dari sisi gazebo. Namun, Steven tampak kesulitan, dan akhirnya berpindah beberapa meter ke samping gazebo.

Setelah lompat, tampak Steven kejang karena tersengat listrik dengan posisi tangan memegang pagar. Teman-temannya yang melihat tampak santai, karena mengira Steven sedang bercanda.

“Steven dikenal orangnya ceria dan suka action. Jadi, sewaktu kesetrum, walaupun Steven berteriak, dikira bercanda. Bisa dilihat di CCTV. Teman-temannya baru menolong ketika korban sudah terjatuh,” tutur Tjandra.

Steven lantas dibawa ke Rumah Sakit (RS) Adi Husada Undaan. Sesampainya di RS Adi Husada Undaan, dokter setempat mengatakan bila Steven telah meninggal dunia.

Saat itu, kata Tjandra, ada tawaran dari dokter untuk keluarga Tanu, apakah diperlukan otopsi terhadap jasad korban. “Dijawab tidak perlu oleh keluarganya. Karena keyakinan agamanya dia Kong Hu Cu tidak boleh dilakukan seperti itu,” urai Tjandra.

Jasad Steven kemudian dimakamkan pada Kamis, 3 April 2025. Beberapa pihak sekolah dan yayasan turut menghadiri acara pemakaman korban.

Kemudian, pada Minggu, April 2025, pihak SMP Katolik Angelus Custos berinisiatif datang ke rumah korban, namun ditolak oleh pihak keluarganya.

Di tanggal yang bersamaan, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Frateran mendapat informasi bila pihak keluarga korban menuntut pihak sekolah tersebut untuk meminta maaf dan mengaku bersalah, dan akan dilaporkan ke pihak kepolisian.

“Mengingat saudara Tanu ini seorang advokat, kalau pada waktu itu merasa ada dugaan tindak pidana, maka harusnya saat itu juga dia melapor ke polisi ataupun melakukan otopsi,” tegas Tjandra.

Bahkan, menurut Tjandra, bukti berupa rekaman CCTV sudah diberikan kepada orangtua korban. Namun Tanu tetap menyatakan supaya sekolah ini mengaku salah dan meminta maaf.

“Tetapi kesempatan untuk silaturahmi, kesempatan untuk bertemu, mereka menutup pintu. Sampai saya meminta bantuan kepada Kabid Pembelaan Peradi DPC Surabaya, bisa di cek itu. Sampai 3 kali, dan kemarin baru direspons bahwa Pak Tanu mau ketemu tanggal 13 Mei 2025,” pungkas Tjandra. (ssd)

 

Sumber: beritajatim.com

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *