JAKARTA, Republikmaju.com – Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI), Kamaruddin Amin, menyebut pertumbuhan kesadaran wakaf masyarakat Indonesia meningkat signifikan sebesar 5 hingga 6 persen setiap tahun. Namun demikian, potensi besar tersebut dinilai belum diiringi oleh pemanfaatan secara optimal.
“Dari 451 ribu titik wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia, potensi aset yang bisa dikapitalisasi mencapai Rp180 triliun. Tapi yang sudah terkumpul baru sekitar Rp3,4 triliun,” ujar Kamaruddin saat menyampaikan pidato dalam Rapat Kerja Nasional Badan Wakaf Indonesia (BWI), Selasa (5/8/2025).
Ia menyebutkan bahwa mayoritas aset wakaf masih digunakan untuk fungsi sosial keagamaan tradisional seperti masjid, pemakaman, dan madrasah. Padahal sekitar 9 persen dari keseluruhan titik wakaf disebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara produktif dalam sektor pendidikan, kesehatan, hingga perumahan.
Kamaruddin juga mengungkap fakta menarik bahwa sekitar 1.100 kantor Kementerian Agama dibangun di atas tanah wakaf. “Ini menandakan bahwa wakaf sudah menyatu dalam penyelenggaraan layanan publik, namun banyak yang belum dikelola secara produktif,” jelasnya.
Sebagai bagian dari strategi nasional, BWI dan Kementerian Agama tengah menggagas program internal untuk mengajak seluruh ASN dan stakeholder berwakaf tunai. “Kita mulai dari yang kecil, Rp10.000 atau Rp100.000 per bulan. Dengan total ekosistem Kementerian Agama sekitar 28 juta orang, ini bisa berdampak besar,” tambahnya.
Langkah ini dinilai selaras dengan upaya pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan, sejalan dengan Asta-Cita poin 4 dan 6, yakni peningkatan pelayanan publik serta pemerataan pembangunan berbasis potensi lokal.
Selain itu, BWI juga mendorong kerja sama strategis dengan investor dan lembaga filantropi untuk mengembangkan portofolio wakaf produktif, seperti rumah sakit wakaf, sekolah unggulan, hingga unit usaha berbasis syariah.
“Jika seluruh potensi wakaf ini bisa dikapitalisasi secara maksimal, seharusnya Indonesia bisa mengatasi kemiskinan struktural. Karena itu, kita perlu pendekatan kolaboratif lintas sektor,” pungkasnya. (ssd)
Sumber: infopublik.id